Kamis, Desember 04, 2008

Akhir Perjalanan Tahun 2008; Bagian Pertama.

Awal Desember, 2008.

Rencananya mau nulis semacam review, ditulis bersambung. Sebagai bahan renungan dan pelajaran buat masa depan. Ini adalah bagian pertama dari beberapa bagian review, moga-moga gak terlalu panjang.

Tahun yang paling sibuk, melelahkan sekaligus membanggakan, bertabur peluh dan cucuran air mata, penuh dengan cinta dan segala perniknya, penuh dengan pengalaman-pengalaman berharga, pengalaman-pengalaman baru, apapun itu, yang pasti tahun ini akan segera berakhir. Yang aku tahu, tahun ini sangat berkesan bagiku.

Ku mulai dari awal tahun. Tepat pada tahun baru 2008, 1 Januari 2008, selepas Maghrib menjelang Isya', adikku, (alm.)Aulia Mega Hutama, meninggal dunia karena kecelakaan diusianya yang masih 14 tahun. Waktu kejadian sekitar pukul 2.30 sampai 3.00 dini hari. Waktu itu Mega sedang dalam perjalanan pulang dari perayaan tahun baru. Lokasi kejadiannya setelah Bundaran Aloha dari arah Surabaya menuju ke Sidoarjo.

Musibah (kebanyakan orang mengatakan ini sebagai musibah) ini membuat keluarga kami shock, terutama Ayah dan Ibu. Ayah yang membutuhkan waktu paling lama untuk mengikhlaskan (alm.)dek Mega. Karena memang Ayah sangat sayang dan menaruh banyak harapan pada (alm.)dek Mega. Sedangkan aku, anak satu-satunya yang "tersisa" (kami 3 bersaudara, aku anak tertua, adik perempuanku, Bintang, berada di Jogja diasuh oleh Paman, (alm.)dek Mega adik terahir), malah harus jauh dari kedua Orang Tua karena kuliah dan bekerja di Surabaya.

Justru karena meninggalnya dek Mega, dek Bintang diberi tahu bahwa sebenarnya dia juga anak kandung Ayah-Ibuku, yang dengan kata lain dia juga adalah saudara kandung (alm.)dek Mega. Ada begitu banyak penyesalan yang terpancar dari Ayah-Ibuku dan Tanteku yang waktu itu mengantar dek Bintang dari Jogja. Ada lebih banyak lagi kekecewaan yang tergambar dari wajah dek Bintang. Dan aku hanya bisa menyaksikan dalam kehampaan...

Sejak saat itu semuanya sangat berbeda. Jauh, jauh sangat berbeda. Pulang ke Sidoarjo adalah keharusan setiap satu minggu sekali. Waktu itu aku masih menganggapnya sebagai sebuah beban, karena walaupun di hari Minggu aku masih ada beberapa keperluan di Surabaya.

Tak lama setelah meninggalnya dek Mega, dek Bintang mengirimkan e-mail berisikan sepenggal ungkapan kekecewaannya dan perasaannya terhadap dek Mega serta lampiran foto-foto dek Mega waktu main keyboard (dek Mega pemain keyboard tunggal. Selain itu dia juga aktif dibeberapa band). Dek Bintang mengatakan bahwa sebelumnya dia merasa kalau dek Mega adalah adik kandungnya dan ingin menyayanginya seperti adiknya sendiri.

Itulah kejadian pertama di awal tahun (benar-benar awal tahun!) yang mengubah diriku yang dulu jadi diriku yang sekarang. Setidaknya ada sisi positif dari kejadian itu: Nova, pacarku yang waktu itu baru jadian sekitar seminggu lebih beberapa hari, berani ngomong "Aku sayang kamu" untukku. Dan waktu itu dia mengaku bahwa itu adalah yang pertama baginya mengatakan "Aku sayang kamu" untuk seorang cowok.

Perjalanan tahun 2008 masih panjang. Review dan renungan 2008 akan berlanjut ke bagian kedua dari entah berapa bagian yang tertuang di blog ini..

CU.

Rabu, Agustus 20, 2008

......... (Hanya Bisa Terdiam)

Aku berjalan, aku berlari
Aku terjatuh, aku merangkak
Aku terduduk, aku terdiam

Aku tidak meratapi, aku tidak menghindari
Aku tidak menyesali

Ku kan selalu berusaha berdiri
Setelah jatuhku
Ku kan selalu berusaha berlari
Setelah berdiriku

"Dan aku semakin tidak peduli"1

Karena aku tidak mau peduli
Pada masa lalu yang ku kubur dalam hati
Kadang datang menghampiri
Sekali dua kali

Aku hanya ingin berlari

---
1 : Dikutip dari puisi Chairil Anwar, Semangat.

Rabu, Agustus 06, 2008

Empty

Aku hanyalah buih kecil dalam hamparan laut luas
Aku hanyalah bunga rumput yang menantang angin lalu terhempas lepas
Aku hanyalah bukan sesuatu apapun

Aku tiada
Aku hampa
Aku kosong

Aku hanya ingin berlari
Walau tersungkur ku kan berdiri kembali
Lalu ku berlari
Dan ku tak peduli
Halang rintang ku hadapi
Dan ku makin tak peduli

Senin, Juni 09, 2008

Lorenzo Trauma?


Laguna Seca, sirkuit terahir (sementara) yang menjadi tempat terjatuhnya Lorenzo, memang dikenal dengan sirkuit yang berbahaya. Perlu diketahui, tidak hanya MotoGP yang mengadakan balapan di Laguna Seca. Sirkuit milik Mazda ini selain MotoGP juga menyelenggarakan Monterey Festifal of Speed, Corona AMA Supterbike, Monterey Sports Car Championship, dan Rolex Monterey Historic Automobile Races.

Tapi aku mengenal karakter sirkuit yang unik ini dari game Grand Turismo di PSOne (hehe,, konsol gamenya katrok ya??). Sirkuit ini awalnya adalah sirkuit yang paling aku benci. Tikungan2 cepat yang tricky, tikungan patah yang sangat lambat, chicane mematikan (njulungup), tanjakan serta turunan yang drastis, bikin pusing menentukan settingan mobil. soalnya butuh downforce (ghuaya!) yang cukup besar selain tenaga yang mumpuni untuk akselerasi. Benar2 sirkuit yang sulit ditaklukkan. Disatu sisi mengalir cepat, disisi lain meliuk2 dan lambat. Satu tikungan yang berbahaya adalah sebuah chicane bernama "Crockscrew". Setelah melewati tikungan ke-6, pembalap akan menanjak di "Rahal Straight". Kemudian menikung sedikit ke kanan sambil ngerem penuh, langsung banting setir ke kiri. Tapi gak cuma ke kiri, tapi juga ke "bawah". Crockscrew adalah tikungan S kecil (chicane) yang berupa turunan curam. Nikung bentar ke kiri langsung banting lagi ke kanan sambil nyosop mengikuti turunan.

Pertama kali "balapan" di Laguna Seca, aku langsung menghantam bagian kanan lintasan karena kehilangan kontrol, baik itu kontrol traksi sampai control panel (loh?). Telat ngerem, kurang downforce, dan yang pasti terlalu nafsu! hahaha... Bukan tipe pembalap yang bijaksana!

Tapi Lorenzo jatuh bukan di Crockscrew, melainkan di tikungan ke-4 yang memang merupakan tikungan cepat. Dalam kecelakaan ini, dua tulang metatarsalnya, yaitu tulang ke-3 dan ke-5, patah. Mengakibatkan dia harus istirahat total dan harus cepet-cepet sembuh kalo pengen balapan di Brno.

Yang jadi masalah bukan pada pemulihan kondisi fisik Lorenzo. Kita tahu sendiri kalo dokter-dokter MotoGP emang udah ahli dan terbiasa dengan kondisi cidera seperti yang dialami Lorenzo. Buktinya waktu terjatuh hebat di Shanghai, Lorenzo masih bisa memaksakan diri ikut balapan walau kedua kakinya cidera. Masalahnya ada pada mental Lorenzo. Dua kali kecelakaan besar memang belum cukup untuk membuat Lorenzo trauma. Buktinya dia tetap ngebut dan akhirnya jatuh untuk yang kali ke-3.

Setelah tiga kali jatuh, Lorenzo mulai mengatakan bahwa dia mulai takut mengendarai motor. Dia mulai kehilangan kepercayaan dirinya. Wah, lampu kuning nih.

"Secara normal, saya tak takut pada kecelakaan dan cedera. Tapi, saya sekarang berada pada masa krisis. Saya sedang menjalani fase menghilangkan ketakutan itu," kata Lorenzo seperti yang dikutip Jawapos kemarin (31 Juli 2008).

Lorenzo bertekad bahwa dia harus kembali kepada kepercayaan dirinya seperti yang dia miliki diawal musim. "Saya berupaya keras untuk kembali. Saya juga mencoba untuk mengendarai motor lebih aman. Saya kira, buah dari upaya tersebut segera dapat dilihat oleh semua orang," lanjutnya.

Yah,, semoga Lorenzo benar-benar kembali ke performa terbaiknya, walaupun tidak untuk musim ini. Paling tidak belajar dari Juara Dunia 2007, Casey Stoner, dimana Stoner hobi jatuh dimusim pertamanya (2006). Tapi langsung juara dunia di musim keduanya.

Safety Riding, Lorenzo!!!

sumber:

  1. jawapos.com

  2. laguna-seca.com

  3. wikipedia.com


Jumat, April 18, 2008

Jorge Lorenzo; The Next Conqueror?


Catatan tiga pole position berturut-turut, tiga podium dengan satu kemenangan membuktikan bahwa Jorge Lorenzo bukanlah rookie yang patut dipandang sebelah mata. Naik kelas dari GP 250cc dengan gelar juara dunia, "X Fuera" menunjukkan tanda-tanda calon juara dunia MotoGP. Tidak musim ini mungkin, but who knows? Everything's possible, isn't it?


Bahkan kalo mau bikin prediksi, jangan kaget kalau akhir musim nanti dia bakal ada diatas Valentino Rossi di urutan klasemen pembalap. Selama "X Fuera" mampu konsisten finish diurutan lima besar, bukan gak mungkin dia malah jadi juara dunia.

Satu lagi catatan, berdasarkan hasil googling dan browsing di crash.net, Lorenzo memang punya bakat alami di dunia balap. Umur delapan tahun sudah memiliki Gelar Juara walaupun cuma di tingkat lokal.

Ditambah lagi, karakter kuda besi kelas 800cc ternyata lebih mudah dikendarai daripada motor 250cc. Heran?

Simak komentar Sito Pons, mantan Juara Dunia 250cc, berikut:

"The bikes are much easier to ride with the 4-stroke, with all the electronics helping. It´s not the first time we have seen this, because Dani Pedrosa and Casey Stoner started two years ago and were leading and winning races."

"I think the 250cc bikes are actually slightly more difficult to ride, but the lines and the way to ride the two types of machine are quite similar."

Artinya kurang lebih: motor lebih mudah dikendarai dengan 4-tak, dengan semua bantuan (peralatan) elektronik. Motor 250cc sedikit lebih sulit dikendarai, namun jalur balap dan cara mengendarai kedua tipe mesin hampir mirip.

Well, gak heran kalau lulusan 250cc bisa dengan cepat beradaptasi dengan karakter motor 800cc, terutama Lorenzo. Dengan bekal sasis Yamaha yang lincah, set ban mantap, mesin pneumatic, tinggal tunggu waktu bagi Lorenzo untuk bisa merajai kelas para raja.

Kita tunggu tanggal 4 Mei, apakah X Fuera mampu mempertahankan race pace-nya? dan apakah operasi pengurangan tekanan pada saraf tangan kanannya memberikan efek positif? atau malah negatif?

Inilah dunia balap, kita cuma bisa menunggu sampai bendera kotak-kotak dikibarkan.

sumber:
crash.net
motogp.com
en.wikipedia.org

gambar:
highrevs.net

Senin, April 07, 2008

Perbedaan

Lebih mudah saling berkonfrontasi karena perbedaan daripada saling menyadari perbedaan ada dan saling mengalah. Lebih mudah bagiku untuk mendebat dan mempertahankan pendapat daripada mengalah dan menerima pendapat orang lain.


Betapa besar ego manusia. Betapa besar egoku. Bahkan kata "mengalah", yang menunjukkan kerendahan hati, pun diberi embel-embel "untuk menang" atau "bukan berarti kalah" yang menunjukkan betapa besar ego kita sebagai manusia.

Dari ego itulah muncul perbedaan. Egoisme menyebabkan kita ingin berbeda dari orang lain. Dan ketika perbedaan itu menimbulkan gesekan atau friksi (bahasanya!) dengan orang lain, muncullah pilihan: konfrontasi atau mengalah demi menghormati perbedaan.

Pilihan paling mudah adalah melakukan konfrontasi. Pilihan ini mudah karena tidak perlu rasa toleransi, pengertian, atau saling memahami. Kita tidak perlu buang tenaga untuk saling memahami, saling mengerti atau saling tolenransi. Bahkan kita tidak perlu mengenal orang yang akan berkonfrontasi dengan kita.

Padahal hidup kita dipenuhi dengan perbedaan. Padahal dalam hidup kita tidak selalu dipenuhi dengan orang-orang yang kita inginkan. Dan semua dalam hidup kita tidak selalu sesua dengan apa yang kita inginkan. Bagaimana kita bisa hidup dalam perbedaan sementara kita tidak dapat menerima perbedaan? Akankah selamanya kita hidup dalam imajinasi kita tentang dunia yang kita pikirkan? Akankah kita mengonfrontasi setiap hal yang tidak sesuai dengan pemikiran kita?

Perubahan

Semua mengalami perubahan. Tidak ada yang abadi. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Masalahnya, perubahan selalu menuju ke dua arah: lebih baik atau lebih buruk.


Setiap perubahan, baik itu menjadi lebih baik atau buruk, memerlukan adaptasi oleh objek dari perubahan. Baik atau buruk, yang menentukan keberhasilan objek dalam menghadapi perubahan adalah kecepatan beradaptasi.

Adaptasi bukan berarti mengikuti kemana arus mengalir, namun lebih pada penyesuaian diri terhadap arus tanpa harus ikut hanyut dalam arus.

Mengapa ikan berenang melawan arus? Karena ia masih hidup. Seandainya ia sudah mati, tentu ia akan hanyut mengikuti arus sungai.

Ia melawan arus sebagai bentuk penyesuaian diri. Seandainya ia berenang mengikuti arus dan hanyut dalam arus, maka tak lama dia akan mati karena kesulitan mencari makan. Ia akan "mengejar" makanannya karena ia berenang searah dengan makanannya. Jika ia berenang melawan arus, maka makanannya akan datang dengan sendirinya, terbawa arus.

Begitu pula dengan diri kita. Kita tidak perlu kehilangan jati diri kita ketika menghadapi perubahan dengan menghanyut dalam arus perubahan. Yang penting adalah menyesuaikan arah perubahan dengan berpegang pada prinsip-prinsip yang kita miliki. Entah itu idealisme, agama, orang tua, atau kepercayaan.

Sekali lagi, perubahan hanya dapat menimbulkan dua dampak: baik atau buruk. Perubahan dengan dampak terburuk pun dapat menghasilkan kebaikan apabila kita dapat dengan benar dan tepat menyesuaikan diri. Apalagi perubahan yang berdampak baik.

Menurut Darwin dalam "The Origin of the Species" (padahal baru baca pendahuluannya, abis gitu mangkrak, pusing!) "Yang mampu bertahan bukanlah yang memiliki badan terkuat atau taring terpanjang. Namun, yang mampu bertahan adalah mereka yang paling bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan sekitar." Ungkapan ini lebih dikenal dengan teori "The Struggle of the Fittest". Yang mampu beradaptasi dengan baiklah yang bertahan.

5 cm. Donny Dhirgantoro

Penulis: Donny Dhirgantoro
Penerbit: Grasindo
Cetakan (pertama): Mei 2005
(aku dapetnya cetakan yang kesepuluh! November 2007!)
Kategori: Novel Fiksi / Kehidupan Sehari-hari
ISBN: 979-759-151-4

impian.harapan.cita-
cita.penciptaku.alamNya.tanahNya.
udaraku.udaraNya.cinta.harapan.
ilmu.sahabatku.negriku.langit-langit
kamarku.syairku.ke-aku-anku.
berpijakku.benderaku.aku.dia.mereka.
kamu.tanahmerahku.hati.semangat.doa.
napas.irama.
dharmaku.tempatku.demi-ku.
langkahku.manusia.jalanku.tempatku
berteduh.konjungtiva.niat.hati.rasa.
perjuangan.manusia sebenar-benarnya.
suciku.putihku-hitamku.tangisku.
tumpuanku.
ada-ku.genggamanku.erat-ku.garbaku.
jelangku.
bagindaku.bahagiaku.peluhku.
penciumanku.perjuangan.harapan.cinta
.telapak kaki surgaku.
guruku.diamku.impianku.dayaku.

Itulah kata2 yang terdapat di sampul depan buku ini. Sekilas nggak kelihatan, tapi memang dicetak satu warna dengan background cover. yang membedakan cuma jenis cetakannya, kalo background sampulnya hitam dove, tulisannya hitam glossy. Awalnya penasaran, sampulnya cuma hitem polos terus ada tulisannya 5 cm warna putih dengan font keluarga typewriter (kemungkinan "Harting") plus titik merah di belakangnya.

Aku pikir ini novel misteri atau novel detektif (karena sampulnya hitem polos plus tulisan 5 cm, kesannya misterius dan ngajak mikir). Ternyata setelah diteliti dengan metode deduktif (apa coba?), ternyata ini adalah novel tentang keajaiban mimpi, cita-cita, dan cinta. Susah mengategorikan novel satu ini, aku kasih aja kategori sehari2.

Ceritanya tentang kehidupan sehari2 lima orang sahabat: Arial yang atletis, Riani yang cerdas dan seorang N-ACH sejati (baca sendiri di novelnya, males njelasin soalnya^_^), Zafran yang puitis, narcist dan "ajaib", Ian "Indomie" yang nge-fans sama Men-Yu (ManU, Manchaster United maksudnya), serta Genta yang dianggep leader serba bisa sama temen2nya yang lain. Mereka adalah "manusia-manusia agak pinter dan sedikit tolol yang sangat sok tau".

Mereka selalu hang-out bareng. Mulai dari kafe terkenal di Jakarta, sampe' nonton layar tancep. Kelimanya masih suka berantem, siapa yang paling bagus antara Joy dan Delon, Beckham atau Zidane, Mansyur S atau Irfan Mansyur S, RPUL atau Buku Pintarnya Iwan Gayo, Album Minggu atau Selekta Pop, Lyra Firna atau Happy Salma, Aa' Gym atau Che Guevara (hal. 5). Keseharian mereka konyol banget (kalo gak bisa dibilang tolol atau bego), ancur2an. Terutama kalo lagi ngumpul. Ditambah lagi dengan "rumus Indomie"-nya si Ian. Gila!

Suatu ketika mereka merasa get stuck (atau stagnate? aku bingung yang mana yang bener dan pas?), bosen dan ngerasa itu-itu aja waktu hang-out. Mereka akhirnya bikin perjanjian di Secret Garden: "Gak usah ketemuan dulu selama 3 bulan (hal. 63-64)."

Jadilah mereka menjalani 3 bulan mereka sendiri2. Zafran dan Arial berusaha menemukan cintanya (walau cuma Arial yang dapet). Genta dan Riani sibuk bergelut dengan pekerjaannya. Sedangkan si "Badut Ancol" (Ian) sedang PDKT dengan skripsinya. Jelas sekali mereka merasa kangen satu sama lain. Kangen dengan "ajaib"nya Zafran, cool-nya Arial, kocak dan konyolnya Ian, smart-nya Riani, wibawanya Genta.

3 bulan berlalu, mereka kembali berkumpul dalam suatu perjalanan yang dijanjikan Genta sebelumnya. Sebuah perjalanan yang bakal mengubah pandangan mereka tentang impian, cinta dan kehidupan. Sebuah perjalanan ke Tempat Tertinggi di Tanah Jawa.

Berbagai macam manusia mereka temui sepanjang perjalanan mereka. Berbagai keindahan Ibu Pertiwi mereka jumpai sepanjang perjalanan indah ini. Bebagai kejadian mereka lalui sepanjang perjalanan panjang ini. Serta berbagai pelajaran mereka dapatkan sepanjang perjalanan berat ini.

Secara keseluruhan, novel ini memang bagus. Hanya, ada beberapa bagian dari novel yang kesannya maksa dan dipaksakan (apa bedanya coba?). Penjelasannya detail, naratif-deskriptif (opo kui?). Alurnya campuran, secara umum maju, kadang flash-back untuk menegaskan beberapa detail. Ceritanya ringan dan mengalir diawal novel, tapi terus "menanjak" berat dipertengahan, tapi malah turun lagi dibagian akhir. Persis kaya' orang naik gunung (pas sama ceritanya yang naik gunung, ups! keceplosan! Soalnya di blognya reygreena bang Donny protes: "... Tapi mungkin jangan terlalu detail ya.. 5 cm itunya apa jangan dikasih tau dulu biar penasaran.. namanya juga resensi..." hehehe... sori ya, Bang!)

"Semua diawali dengan mimpi." Begitu tulisan awal bang Donny. Memang mengajarkan kita untuk percaya dengan segala kepercayaan kita, yakin dengan segala keyakinan kita, serta berjuang dengan segala daya upaya serta kemampuan kita. Gak ada mimpi yang gak bisa diraih kecuali kita gak yakin sama mimpi kita, gak yakin sama diri kita sendiri.

Kesimpulannya, gak ada. Hehehe... Bikin kesimpulan sendiri po'o! Yang pasti, highly recommended. Selamat membaca!

Selasa, Februari 05, 2008

Tangan Lebih Kotor daripada Kepala

Sore ini aku bersama beberapa orang karyawan kampus tempatku bekerja "melarikan diri" dari suntuknya tempat kerja kami. Tujuan awalnya hanya transfer uang dari ATM-ku untuk bayar kuliah semester pendek teman kerja. Janjinya dianterin naik mobil. Ternyata yang bersangkutan ngajak beberapa orang karyawan lagi, total yang ngikut lima orang. Tapi legal kok, wong diluar jam kerja. Singkat cerita, kami berlima akhirnya jalan2 dengan alasan menghilangkan penat.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami mampir sebentar untuk sholat Ashar di Masjid Al-Falah. Padahal lokasi kampusku sekitar satu sampe' dua kilometeran dari masjid Al-Falah. Sedangkan ATM terdekat malah sekitar beberapa ratus meter dari kampus. Jadilah sekalian puter2 Surabaya.

Kembali ke Al-Falah, pas sholat kuperhatikan karpet abu-abu yang menutupi lantai masjid (ketauan tuh sholatnya gak khusyu'!^_^). Ada semacam garis kabur (blur) tapi tegas memanjang diantara batas shaf yang pas dengan posisi tangan ketika sujud. Kesanku pertama itu adalah debu yang menempel di tangan jamaah sholat. Waktu aku perhatikan tempat kepala menempel waktu sujud, tidak sekotor tempat tangan menempel.
***

Suatu ketika ada seorang mahasiswa moro (mendatangi) aku, dia minta tolong ngopikan data dari server ke flashdisknya. Kebetulan di lab komputer bawah memang hanya laptop depan untuk assisten lab saja yang bisa ditancepin flashdisk. Kondisi emosiku waktu itu gak terlalu mendukung untuk sabar dan telaten. Menanggapi permintaannya yang menurutku berlebihan dan disertai dengan rengekan2 manja, aku secara tidak sengaja menegurnya. Menurutku teguran itu tidak keras, mungkin ekspresi wajahku saja yang berlebihan, sehingga dia nangkepnya aku bentak dia.

Langsunglah dia dan temannya "laporan" ke Ya2ngku yang juga kebetulan satu kampus. Jadilah aku yang diinterogasi (halah!). "Kok bisa sampe' segitu?" dia tanya dengan penuh pengertian. "Aku lho perasaan gak bentak mereka. Mereka aja yang nangkepnya salah." Tetap dengan cueknya aku njawab. "Ya tapi kan gak perlu sampe' bentak2 gitu kan. Mungkin aja kamu cuman negur atau gimana, tapi kan itu yang ada di pikiran kamu.

Apa yang keluar dari mulut kamu dan apa yang mereka tangkep belum tentu sama dengan yang kamu pikirkan." Masih dengan perhatiannya dia mengingatkanku.

DES... Sejenak otakku melambat, jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik (sok hiperbolis, jeh!). Aku berusaha memberi kesempatan otakku untuk mengingat dan memikirkan apa yang pagi itu terjadi. "Memang tadi aku agak emosi. Mungkin juga nada teguranku agak tinggi." Aku ngaku.

"Tuh kan... Makanya jangan terlalu kecapekan. Yo ngunu iku dadine." Kembali dia mengingatkanku. Memang dialah yang selama ini ngingetin aku, apapun itu.
"Iyo, aku salah."
***

Lah apa hubungannya dua cerita diatas dengan judulnya? Gak blas? Tangan lebih kotor dari kepala sebenarnya terinspirasi dari cerita yang pertama, waktu tadi sore sholat di masjid Al-Falah. Perbedaan tingkat kekotoran pada karpet berbeda di tangan dan kepala (kaki gak termasuk, soalnya waktu solat, liat kakinya cuman pas ruku') membuatku berpikir "Kok tangan lebih kotor dari kepala? Padahal nempelnya juga bareng toh?"

Aku membuat semacam pengandaian dari situ, tangan lebih kotor dari kepala. Bahwa apa yang dikerjakan oleh tangan (baca: kelakuan atau perbuatan) kita kadang lebih kotor (atau tidak sesuai dengan) apa yang ada di kepala kita. Misal cerita kedua itu tadi, aku mikirnya cuma negur, tapi apa yang keluar dari mulutku atau ekspresi wajahku mungkin tidak sesuai dengan apa yang aku pikirkan. Itu hanya contoh kecil dari pengandaian tangan lebih kotor dari kepala.

Banyak sih contoh2 kecil di sekeliling kita. Coba buka mata dan melihat disekitar. Berapa banyak orang yang melakukan kegiatan atau perbuatan yang menurutnya baik atau benar, namun ternyata merugikan orang lain.

Contoh lain, waktu di jalan raya karena butuh cepat, aku biasanya ngebut nyeleot2 diantara mobil2 dan tidak pernah mikirkan bagaimana perasaan para pengendara mobil.
Intinya, apa yang ada dipikiran kita awalnya, apa yang kita lakukan kemudian, dan apa yang dirasakan orang lain pada akhirnya kadang memang tidak selalu sesuai. Pikir dulu matang2 apa yang akan kita lakukan, atau gak ngapa2in sama sekali kalo pikiran kita lagi blank.

Hargai perasaan orang aja lah intinya, itu aja kok.

Selasa, Januari 29, 2008

Entahlah...

"Entahlah" terdengar seperti kata2 orang yang sudah putus asa. Atau orang yang tidak punya pendirian. Bisa juga dikatakan kata2 orang yang pasrah. Entahlah.

"Entahlah" juga yang menjadi jawaban ketika aku tanyakan pada diriku sendiri tentang apa yang terjadi dengan kepalamu. Diriku hanya bisa menjawab: "Entahlah".


Motivasi yang menggebu2 pada awalnya, sekarang malah berubah menjadi emosi yang meledak2. Gak bisa dilukiskan bagaimana kondisi pikiranku saat ini. Entahlah.

Hampir tidak ada hal positif yang bisa aku pikirkan. Yang terlintas spontan hanya negativitas: kegilaan, kemuakan, kemarahan, lepas kendali, caci maki, kebohongan, sampai kemunafikan. Entahlah.

Setiap kali berusaha memikirkan hal positif, selalu ada hal negatif yang membayangi, bahkan menutupi. GILA!

Satu hal yang pasti kurasakan: KEMARAHAN. Entah dari mana datangnya, setiap kali aku berhasil menekan marahku, selalu ada celah bagi hal2 negatif untuk menyulut kemarahan itu.

Beberapa kali aku coba untuk menulis, selalu berakhir dengan pembatalan. Ini adalah tulisanku yang kali ketiga di blog ini. Belum lagi di blog satunya. Entahlah.

Semoga amarahku sedikit mereda dengan turunnya hujan hari ini. Amin.

Sabtu, Januari 26, 2008

Salam Pertama

Hari Sabtu, 26 Januari 2008, blog ini sukses dibangun. Bukan karena ikut2an, tapi hanya sekedar ingin tahu bagaimana membuat blog di Blogger (sebenarnya sih karena waktu ditanya oleh mahasiswa "ini gimana, mas? ini untuk apa, mas?" aku cuma bisa jawab "aku gak seberapa ngeh kalo pake Blogger". Akhirya, jadilah blog ini. TADA!!!).

Sama seperti doaku di blog sebelumnya, erlangga23.wordpress.com, semoga blog ini tidak mati suri.

Segini dulu posting pertama ku. Bukan karena kering ide, tapi karena keyboard yang tidak mendukung tersalurnya ide2 tersebut (bilang aja males nulis!:p).

Salam,
Ptx